top of page
Rangga-Umara.jpg

Rangga-Umara.jpg

Rangga Umara (Lele Lela)2.jpg

Rangga Umara (Lele Lela)2.jpg

Rangga Umara (Lele Lela)

 

 

Membayangkan istrinya diusir dari rumah petak kontrakan gara-gara ia menunggak uang sewa senilai Rp 300 ribu membuat hati Rangga Umara, 33 tahun, teriris. Itulah titik balik dalam hidup yang membuat pikiran Rangga terbuka untuk merintis usaha pecel lele bermerek ‘Lele Lela’ yang kini sudah beromset miliaran rupiah.

Semua itu tentu butuh perjuangan. Bukan hanya sekali Rangga terhempas. Ia bahkan pernah berpikir untuk menutup usahanya dan kembali menjadi karyawan demi kepastian penghasilan. Dia kemudian punya keyakinan baru, ‘Dengan niat yang baik, Tuhan pasti tidak akan tinggal diam.’
Keyakinan itu, dan berbagai cerita jatuh bangun lainnya dikisahkan Rangga Umara pada Kristina Rahayu Lestari pada suatu malam awal pekan lalu, di restoran ‘Lele Lela’ Kalimalang, Jakarta Timur.

Seraya menunggu PHK mulailah aku punya rencana, membuka usaha. Singkat cerita, setelah melalui proses pertimbangan memilih usaha apa, survei lokasi dan sebagainya, aku pun memutuskan untuk membuka usaha kuliner ‘Lele Lela’ ini. Modalnya Rp 3 juta.

Membangun usaha tak semudah yang kubayangkan. Ada saatnya aku senang melihat warung makanku ramai dan menikmati keuntungan sekitar Rp 3 hingga 4 juta setiap bulannya. Namun kondisi itu tak berlangsung lama. Bulan-bulan berikutnya aku bahkan merugi. Aku gunakan uang pesangon PHK Rp 9 juta untuk membenahi, namun tiada hasil.
Tak habis akal, aku kemudian meminta istri untuk meminjam dana di koperasi tempatnya bekerja sebesar Rp 15 juta.

Alhasil setiap tanggal gajian, istriku tidak menerima upah jerih payahnya karena terpotong cicilan pinjaman itu. Tapi lagi-lagi kondisi usaha dan keuangan kami belum juga membaik, bahkan semakin parah.

Dalam kondisi lelah dan masih saja belum mendapatkan uang aku dikejutkan dengan pengusiran keluarga kecilku oleh pemilik kontrakan.
Namun kejadian pengusiran itu akhirnya mendorong mertua untuk bercerita pada orang tuaku yang menetap di Bandung. Karena orang tua terlanjur mengetahui masalahku, sejak itu aku ‘mengkeramatkan’ mereka dengan membina komunikasi lebih baik dan selalu minta doa, terutama di hari Jumat. Terbukti, ridho orang tua adalah ridho Tuhan. 

Berangkat dari titik terendah yang tidak ingin aku ulangi lagi itu hidupku pelan-pelan mulai tertata. Teman-temanku yang juga mendengar kami diusir, satu per satu datang menghibur. Seorang sahabat bahkan menawarkan kartu kreditnya untuk kupakai menyewa sebuah rumah yang lebih layak. Untuk pembayarannya, aku diizinkan menyicil seadanya setiap bulan. Katanya agar aku konsentrasi mengurus usaha. Benar, setelah mendapatkan sebuah rumah dengan tiga kamar, bahkan ada garasinya, aku mulai menata kembali hidupku. Aku berjanji pada istriku, bulan depan kondisi kami akan lebih baik!


Belajar Dari Ahlinya

Hasil evaluasi lain yang aku dapat, ternyata selama ini aku tidak mengerti sama sekali tentang bisnis rumah makan. Aku hanya mengandalkan kepercayaan pada juru masak. Dia yang belanja, dia juga yang memasak, aku hanya menerima laporan pengeluaran.

Setelah dilihat-lihat, ternyata pengeluaran selalu lebih besar dari pendapatan. Orang yang berpengalaman dalam bisnis rumah makan, pernah mengatakan, mempercayakan semuanya pada juru masak itu sama saja dengan memberikan jantung kita pada orang lain.

Saat pulang ke bandung aku tidak sengaja berjumpa dengan Teman SMA-ku yang ternyata manajer restoran cepat saji. Setelah teman SMA-ku itu menjadi konsultanku, penyimpangan-penyimpangan dalam usahaku pelan-pelan mulai terbongkar dan bisa dibenahi. Aku rombak total seluruh sistemnya hingga berangsur-angsur kondisinya membaik.

Begitulah akhirnya dengan pasti aku memantaskan diri dengan impian yang aku pernah tulis.
Aku bersyukur, dengan kerja keras ini aku bisa menikmati beberapa kali bulan puasa seraya menjalankan ibadah umroh. Alhamdulillah usahaku juga membuahkan beberapa penghargaan, di antaranya dari Bapak Sharif C Sutardjo , Menteri Perikanan dan Kelautan, karena usahaku dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele, dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Juga penghargaan Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah, DR. Syarief Hasan.

 

sumber:  http://www.tabloidwanitaindonesia.net/CMpro-v-p-472.html

© 2015 BY KELOMPOK 4 SIM UNAND. PROUDLY CREATED WITH WIX.COM

info@mysite.com    500 Terry Francois Street San Francisco, CA 94158

  • Facebook Basic Black
  • Twitter Basic Black
  • Instagram Basic Black
bottom of page